Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Lantai Digetarkan Tuhan

3 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 3 Agustus 2019   06:04 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya hati masih merindu

Kepadamu

Tapi sepertinya kamu baik saja (Maudy Ayunda-Masih).

Bunda Alea bermain piano. Kristal bening menggenangi kelopak mata. Memangnya hanya Jose yang digerogoti rindu?

Rindu yang menggemuruh di dada Bunda Alea menyatu dengan sedih. Sedih lantaran ia tak tahan mendengar hinaan bertubi-tubi untuk suaminya. Sekian lama menikah, ketiadaan anak biologis di antara mereka menuai protes.

Bukan, bukan Bunda Alea yang disalahkan. Tetapi suaminya. Malaikat tampan bermata sipit itu dihujat karena mandul. Lebih tepatnya infertilitas sekunder, atau kesulitan memiliki keturunan kedua.

Betapa mudahnya orang merasa diri paling benar. Ayah Calvin dan Bunda Alea yang menjalani pun tidak keberatan. Mengapa justru orang luar yang ribut?

Pelan dihapusnya air mata. Bunda Alea mulai menulis artikel tentang pilot perempuan di maskapai GIA. Sengaja ia membunuh kesedihan lewat tulisan.

Keasyikannya menulis terganggu oleh bunyi derak keras dari arah walking closet. Ditolehkannya kepala ke ruangan penuh berisi pakaian itu. Aneh, mengapa gantungan baju berjatuhan? Mengapa koleksi jas milik Ayah Calvin berhamburan?

Kursi yang didudukinya tetiba bergoyang-goyang. Susah payah Bunda Alea bangkit. Tidak, ini tidak benar. Sekejap kemudian ia tersadar.

Wanita cantik itu berlari ke kamar putranya. Ditariknya tangan Jose. Gemas hatinya melihat Jose masih sempat menyambar iPhone sebelum keluar rumah. Laptop berlogo apelnya tergeletak pasrah. Jose dan Bunda Alea tergesa menuruni tangga. Mereka berlari ke halaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun