"Ayah, kenapa Jose gampang luka?" tanya Jose sedih.
Sesaat Ayah Calvin terdiam. Ditariknya tubuh Jose ke dalam pelukan. Tubuh itu tak lagi seberat dulu. Alih-alih bobot yang naik, justru ruam kebiruan dan memarlah yang ditemukannya.
"Ayah...Ayah baik-baik aja, kan?" kejar Jose, menatap cemas profil pucat Ayahnya.
"Ayah tidak apa-apa, Sayang." jawab Ayah Calvin lembut.
Perasaan Jose sedikit tenang setelah Ayah Calvin mengobati lukanya. Ah, anak itu tak tahu. Kondisi Ayahnya pun tak lebih baik.
Jarum-jarum jam berjatuhan. Detaknya kian cepat membawa waktu terus berlari. Ayah Calvin tersadar. Waktunya tidak banyak lagi.
"Sayang, ayo kita ke rumah Bunda Alea. Sudah waktunya..."
"Ayah, bisa nggak ke rumah Bunda Aleanya nanti dulu? Jose masih mau berdua sama Ayah...bentar aja." Jose memohon.
Ayah Calvin tak kuasa menolak. Dibiarkannya Jose menempel erat padanya.
Jauh di dalam hati, Jose takut. Ia takut, takut Ayahnya akan berubah setelah menikah lagi. Anak kelas sebelah jadi kurang perhatian setelah ibunya punya pasangan baru. Jose takut Ayah Calvin seperti itu.
"Kenapa, Sayang? Ada yang Jose pikirkan?" Ayah Calvin lembut menanyainya.