Tangan Jose terulur. Adi memegang kalung itu erat-erat. Tidak, jangan harap Adi menang melawan Jose Lihatlah, sedetik kemudian kalung itu telah berpindah tangan. Jose mengembalikannya pada Sharon.
"Terima kasih, Jose. Terima kasih..." ucap Sharon berulang-ulang dengan mata basah.
"Sama-sama. Mau aku pakaikan lagi? Tanganmu gemetar..."
Tawaran Jose disambuti anggukan Sharon. Jose memakaikan kalung ke leher temannya. Sharon menatapnya penuh terima kasih. Tertangkap olehnya ruam kebiruan di tangan Jose. Ingin ia bertanya, tapi justru ia melontarkan tanya yang lain.
"Jose, kok kamu tetap masuk sekolah? Bentar lagi kan Ayahmu mau lamaran..."
"Yang mau nikah sama Bunda Alea kan Ayah, bukan aku. Ayah juga tetap ke sekolah. Ngajar musik sama marching band kayak biasa."
Jawaban Jose membuat Sharon kagum. Anak dan ayah yang rajin, pikirnya.
Tepat ketika Jose slesai memakaikan kalung pada Sharon, Adi kembali muncul. Didorongnya tubuh Jose hingga jatuh. Deja vu? Entahlah. Jose teringat Andrio yang diperlakukan sama ketika ia membela Silvi.
"Bangun! Lemah amat sih! Jatuh gitu aja langsung memar!" tunjuk Adi ke arah tangan dan kaki Jose.
Benar saja. Luka memar terlihat di sana. Mengapa akhir-akhir ini ia gampang terluka? Persis seperti Ayah Calvin. Rasa cemas bergemuruh di dada Jose. Tanpa membuang waktu, ia berlari ke ruang direktur yayasan.
** Â Â