Bukan Pelukan Terakhir
Bola basket meluncur masuk ke dalam ring. Mulus, mulus sekali. Jose tersenyum puas. Tembakan terakhirnya begitu indah.
"Good job, my lovely son."
Sepasang suara bass dan mezosopran membuyarkan kesenangannya. Terpandang olehnya Ayah Calvin dan Bunda Alea berdiri bersisian. Tangan keduanya bertautan.
Kegembiraan Jose tak berlangsung lama. Cepat-cepat diambilnya bola, dimasukkannya ke dalam kotak, lalu dikuncinya kotak dengan nomor kombinasi. Kotak besar itu akan terkunci selamanya.
"Kamu masih bisa menulis dan main piano, Sayang." Ayah Calvin menghiburnya.
"Berhenti main basket bukan akhir segalanya." timpal Bunda Alea.
Dengan sedih, Jose menyimpan kotak itu. Lalu berjalan di tengah Ayah-Bundanya menuju rumah.
"Dokter Tian jahat. Masa Jose dilarang main basket seumur hidup?" protesnya.