Ayah Calvin menggenggam tangan Jose. Kecemasan mendalam terukir di mata sipit anaknya. Sedikit demi sedikit Ayah Calvin menyelami isi hati Jose. Anak itu takut, takut kehilangan Ayahnya. Ia takut rasa cinta Ayah Calvin berkurang seiring pernikahannya.
"Ayah di sini, Sayang. Ayah tidak akan pernah jauh darimu..." ujar Ayah Calvin lembut. Tak perlu, tak perlu Jose menyuarakan isi hatinya.
Luka-luka begini mungkin ringan saja bagi orang normal. Lain ceritanya bila dialami mereka yang punya kelainan darah. Jose kesakitan, amat kesakitan. Sakit ini membuatnya muntah.
Tapi...
Apa pun bisa ia hadapi kecuali perpisahan. Jose kuat menghadapi apa pun selama Ayah Calvin di sisinya.
"Ayah tinggal-tinggal aku terus. Ayah berubah sejak Auntie Ashilla meninggal. Ayah berubah waktu setelah melamar Bunda Alea." lirih jOSe.
Belaian Ayah Calvin sedikit menenangkan. Lama sekali rambut Jose tak dielus sehangat ini. Lembut dan sabar, Ayah Calvin menjelaskan.
"Sedihnya kenyataan, Sayang. Orang yang dicintai bukan sepenuhnya milik kita. Bahkan rambut ini..." Lagi-lagi Ayah Calvin membelai rambut Jose.
"Rambut ini milik Tuhan. Saat ini Ayah memberi banyak waktu untuk hal lain. Tapi, bukan berarti Ayah berhenti mencintaimu, Sayangku. Hanya masalah waktu..."
Tanpa diduga, Bunda Alea menyusul masuk ke kamar utama. Pelan-pelan dicobanya memeluk anak tirinya. Jose tak menolak. Menatap wajah cantik Bunda Alea mengalirkan sedikit ketenangan.
"Tidak apa-apa, Sayang..." bisiknya.