"Tunggu. Pamit dulu sama Ayah." cegah Jose ketika mereka hampir sampai di pintu depan.
"Ayah di sini..."
Panjang umur, gumam Jose dalam hati. Ayah Calvin membungkuk, mencium dahi anaknya. Silvi berpaling. Mata birunya berkilat. Kenapa seperti Papa Revan, ya? Pikirnya.
Tangan Jose terjulur. Pelan meraba wajah Ayahnya. Terasa agak hangat. Apakah Ayahnya demam?
"Nanti bukanya di sini ya...Ayah sayang Jose." ujar Ayah Calvin lembut.
Sampai ia berada di rumah Silvi, kata-kata Ayahnya terus terngiang. Bahkan ia tak begitu tertarik saat Silvi menunjukkan koleksi buku ceritanya yang baru. Karena sama-sama suka membaca cerita, Jose dan Silvi sering bertukar buku. Apa lagi sekarang liburan. Mereka punya banyak waktu luang untuk membaca cerita.
"Gabriel, nanti kamu ikutan bukber kelas ya. Acaranya di sini." ucap Silvi.
Jangan heran kalau anak-anak sekecil mereka sudah punya rencana seperti itu di bulan mulia. Jose menggeleng tegas. Silvi kecewa.
"Yah...kamu nggak bisa. Kalo bukber finalis kompetisi musik bisa nggak? Acaranya besok..."
"Nggak bisa juga. Aku udah ada undangan lain."
Alis Silvi terangkat. Rasa penasarannya terusik. "Undangan siapa sih?"