Ia sedih karena Andrio tak ada di sini. Jika tembakan beruntun itu tak menewaskan jamaah masjid, Andrio pasti masih bisa melihat penghargaannya. Semua gara-gara teroris itu!
Jose kembali menggigiti jarinya. Matanya sembap. Air bening turun perlahan. Ruang piala yang sejuk berubah dingin menyesakkan.
Biarlah, biarlah ia sendirian. Cukup Allah yang lihat dari atas sana. Jose bersedih, terus bersedih. Dia terkenang Andrio, sobatnya yang luar biasa.
Seharusnya Andrio saja yang mendapat penghargaan ini. Kebijakan Ayah Calvin disambut positif oleh para pengurus yayasan. Pak direktur memang perhatian pada anak-anak spesial, begitu kata mereka. Ayah Calvin tak pernah menyebut 'cacat' pada anak-anak dengan keterbatasan fisik dan mental. Ia lebih suka menyebut mereka 'spesial'.
Mendadak Jose merasakan tangannya ditarik dengan lembut. Wangi yang sangat khas menggelitik penciumannya. Pelan-pelan ia menengadah. Benar dugaannya.
"Jangan menangis...jangan gigit jarimu, Sayang." larang Ayah Calvin.
"Kenapa Jose nggak boleh gigit-gigit jari?" protesnya.
"Karena itu bagian dari menyakiti diri." jelas Ayah Calvin sabar.
Lalu Ayah Calvin mendudukkan Jose di pangkuannya. Diputarkannya sebuah video dari iPhonenya. Jose tergetar. Itu video perform Andrio sebelum kemoterapi kedua.
Aku pernah bermimpi
Menjadi bintang yang paling bersinar