Karena Ayah Calvin direktur yayasan, guru-guru memanggilnya begitu. Jose menjelaskan dengan mantap.
"Ayah Calvin itu baik, ganteng, rajin ibadah, sabar, suka bantu orang, suka kasih makanan sama orang, nggak pernah marahin pelayan di rumah, pintar, bisa nyanyi, jago main piano, suka masak."
Anak-anak mengangguk setuju. Mereka pun kenal Ayah Calvin. Ms. Hana tersenyum kecil, lalu menawari anak lain untuk bercerita.
Tangan Silvi terangkat ke atas. Wajahnya berseri-seri.
"Tokoh idolakuuuu...Ayah Calvin!"
Jose kaget mendengarnya. Ternyata Silvi juga mengagumi Ayah Calvin. Ia pikir, Silvi akan menyebut Paman Revan.
"Ayah Calvin orangnya tegar. Nggak pernah ngeluh. Kuat."
Ini pastilah karena Silvi pernah melihat Ayah Calvin sakit. Selama sakit, Ayah Calvin tak mengeluh sedikit pun.
"Terus...tokoh idola Silvi satunya, Papa Revan!"
Nah, benar kan?
"Papa Revan matanya bagus. Papa juga bikin Silvi selalu bahagia. Tiap hari Papa masakin bekal yang enak-enak buat Silvi, bacain cerita, pilihin gaun, ajakin Silvi main-main di kantornya, sediain ruangan khusus di kantor buat Silvi...ruangan yang ada hiasan boneka-boneka Princessnya, liburan bareng ke Manado, Turki, sama Paris...wah masih banyak lagi."