Revan datang berikutnya. Sorot kepanikan terpancar di mata birunya. Tuan Effendi tiba paling akhir.
"Calvin perlu transfusi darah sekarang juga." kata Dokter Tian.
"Ambil darah saya. Golongan darah saya sama dengan Calvin." Abi Assegaf mengajukan diri dengan berani. Adica dan Adeline lembut menyentuh lengannya. Berbisik mengingatkan.
"Abi...Abi lupa ya? Abi tak bisa mendonorkan darah untuk Calvin."
"Iya, Assegaf. Adica benar. Kau punya penyakit jantung."
Abi Assegaf begitu sedih. Rasa tak berguna menampar hati Tuan Effendi. Golongan darahnya berbeda. Calvin mewarisi golongan darah mendiang Mamanya.
"Biar Revan saja," tawar Revan yakin.
Hati mereka berangsur lega. Satu permasalahan menemukan jalannya.
Sepanjang malam, mereka stay di rumah sakit. Kembali Adica iri pada Calvin. Abi Assegaf sangat menyayanginya. Sampai-sampai ia rela waktu tidurnya habis demi menjaga Calvin. Adeline memeluk pundaknya, tersenyum lembut.
"Begitulah Abimu, Sayang. Kalau sudah cinta, bahkan gunung pun akan dipindahkannya untuk orang yang dia cintai."
** Â Â