"Maafkan aku...tapi aku sudah punya tanggung jawab."
Setetes kekaguman jatuh. Ya, Tuan Effendi mengagumi Calvin yang mampu bertanggung jawab. Tipikal pemuda berpendirian teguh yang sulit dibelok-belokkan. Ini baik sekali bila tiba saatnya dia memimpin perusahaan dan berkeluarga. Kelak Calvin akan lebih menghargai perusahaan dan istrinya.
Mengalah, itulah yang dilakukan Tuan Effendi. Ada waktunya harus mengalah untuk meraih kemenangan yang lebih besar. Baiklah, kali ini Abi Assegaf yang menang. Tapi nanti...
** Â Â
-Semesta Dokter Tian-
Layang-layang cinta Dokter Tian naik, terus naik. Awalnya hanya menjadi saksi pembaiatan seorang mualaf, lalu kiriman lunchbox, kini berujung dinner romantis. Tak ada lagi masakan tradisional etnik. Suasana modern nan romantis menjadi pilihan.
Selera Nyonya Dinda cukup tinggi. Diajaknya Dokter Tian dinner di resto berinterior mewah. Tiap mejanya dihiasi bunga. Lampu-lampu gantung menambah kesan romantis. Tamu-tamu resto ini diharuskan berbaju rapi dan tidak boleh mengenakan sandal. Mereka menikmati spaghetti al granchio con pomodorini e bassilica, spaghetti dengan campuran kepiting dan saus tomat ceri.
"Aku senang kamu punya waktu untukku," Nyonya Dinda menggenggam tangan Dokter Tian.
"Kenapa dari dulu kita tidak begini ya?"
Dokter Tian tersenyum. "Semua ada waktunya, Dinda. Ada waktunya naik, ada waktunya turun."
"Maafkan semua kesalahanku, Tian. Aku janji akan memperbaiki semuanya."