"Abi tidak perlu caregiver lagi. Iya kan?" lanjut Adica senang.
"Tidak. Tapi Abi tetap butuh Calvin. Kamu dan Calvin anak-anak Abi."
Mereka berempat menyerukan kebahagiaan. Berpelukan satu sama lain. Hubungan keluarga kembali naik ke puncak.
** Â Â
-Semesta Tuan Effendi-
Sore Menulis Cerita dimulai lagi. Kali ini full team. Ada "Opa Effendi" dan "Kakak Malaikat".
Anak-anak nelayan tersenyum riang. Sibuk berebut kertas dan pensil. Ide Calvin untuk membuat cerita dalam tulisan tangan. Kalaupun ada yang memiliki gadget, jangan memakainya. Menulis dengan tangan jauh lebih berkesan. Ketahanannya dalam ingatan juga lebih lama.
Banyak anak mengeluh. Tangan mereka pegal karena kebanyakan menulis. Calvin menenangkan mereka dengan sabar.
Diam-diam Tuan Effendi menikmati momen ini. Jarang sekali ia punya kesempatan berlama-lama di dekat Calvin. Selalu saja Calvin memprioritaskan Abi Assegaf. Sebagian besar waktunya untuk mantan pebisnis itu. Hati Tuan Effendi ternoda cemburu. Cemburu pada Abi Assegaf yang bisa memiliki Calvin seutuhnya.
"My Dear Calvin, Papa ingin bicara sebentar." pinta Tuan Effendi saat ada kesempatan.
Mereka melangkah ke sudut taman bacaan. Calvin melayangkan tatapan, menunggu sang Papa menyampaikan sesuatu.