Istana kesenangan runtuh perlahan. Surat pribadi ia buka. Mata Dokter Tian berembun. Senyum menghilang di balik bulir bening.
Pernah didengarnya rumor dua ribu warga dari sebuah desa terpencil beramai-ramai mendaftarkan diri sebagai pendonor mata. Mereka siap mendonorkan mata ketika nyawa dicabut Izrail. Mulia, mulia sekali. Di Indonesia, kesadaran mendonorkan mata masih rendah.
Dua ribu banding satu. Dokter Tian tetap lebih terharu melihat keseriusan satu sosok inspiratif yang ingin melakukan niat mulia.
"Calvinku..." desah Dokter Tian, matanya berkaca-kaca.
** Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H