"I will love you unconditionally..." senandung penyanyi di atas panggung, merdu sekali.
Jika pria boleh menumpahkan air mata sesukanya, mau rasanya Dokter Tian menangis seketika. Ia iri, iri sekali pada Abi Assegaf yang masih dicintai Adeline. Calvin menepuk-nepuk pundaknya. Samar mereka dengar suara lembut Abi Assegaf.
"Aku tidak sesehat dulu, Adeline."
"Aku dan Adica selalu menunggu kau kembali, Assegaf. Haruskah cinta bersyarat? Jika aku mencintaimu saat kau sehat, aku pun mencintaimu saat sakit."
Nampak Abi Assegaf meraba wajah Adeline. Buliran bening jatuh dari mata sipit wanita itu.
Drama belum berakhir. Ketiga kalinya, pintu ballroom membuka. Tuan Effendi meluncur ke dekat Calvin, seolah kakinya dipasangi roda. Pria kesepian itu menangis.
"Pak Effendi...ada apa?" tanya Calvin khawatir.
Merasa ini saatnya, Dokter Tian mundur menjauh. Membiarkan dua pasangan di dekatnya menyelesaikan urusan mereka.
Pada detik yang sama, Calvin dipeluk erat Tuan Effendi. Adeline dan Abi Assegaf berpelukan erat. Calvin-Tuan Effendi dan Adeline-Abi Assegaf berpelukan, membiaskan cinta tanpa kata.
** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H