Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta
Kau bukan hanya sekedar indah
Kau tak akan terganti
Kau tak akan terganti (Kahitna-Takkan Terganti).
Sepasang mata sipit Calvin terpaku ke layar plasma. Terkagum-kagum memandangi sosok Adica yang tengah bermain biola. Putra tunggal Abi Assegaf memang berbakat. Pasti Abi Assegaf bangga punya anak artis.
Hitam, hitam pekat yang mendominasi penglihatannya. Namun Abi Assegaf masih bisa mendengar. Dia dengar suara biola dengan jelas. Hatinya terhanyut bersama alunan lagu. Sepercik kebanggaan menetes. Diikuti perasaan ironi.
Ironis karena ia tak bisa lagi menatap. Kini ia hanya bisa mendengar. Tak ada lagi seberkas cahaya pun yang bisa ditatapnya.
"Jangan sedih, Abi. Saya akan selalu ada di sini. Saya takkan kemana-mana." hibur Calvin.
Ya, Abi Assegaf berhenti meragukan Calvin. Bukankah kasih sayang dan ketulusan Calvin tak dapat diragukan lagi? Digenggamnya tangan Calvin erat.
"Maaf telah membangunkanmu malam-malam," Abi Assegaf mendesah tertahan.
"Tidak apa-apa, Abi. Saya malah senang bisa Tahajud sama Abi dan menonton video performnya Tuan Adica."