Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Komunitas Blasteran Cinta Indonesia

8 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 8 Februari 2019   06:02 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laman insta story milik istrinya terpampang di depan mata. Foto-foto ini, sungguh memilukan. Terlihat Nyonya Dinda berpose dengan seorang pria berjubah. Gereja kecil bercat putih menjadi backgroundnya.

Lepas dari scammer, Nyonya Dinda berselingkuh dengan seorang rohaniwan. Luar biasa, ia mendua dengan selibator. Sebuah kenekatan dan kecerobohan.

Perselingkuhan berulang memahat luka baru. Diselingkuhi berkali-kali, sakitnya melebihi penyakit kanker stadium tiga. Dokter Tian lelah, sungguh lelah diselingkuhi terus-menerus seperti ini.

Hatinya terus mendaraskan doa. Memohon kekuatan Allah. Tanpa kekuatanNya, riskan ia berdiri tegak. Apa yang dilakukan Nyonya Dinda sudah melebihi batas.

Batas kesabaran bagai garis super tipis. Sedikit terlihat, sangat mudah dilanggar. Satu jari kaki saja melanggar garis itu, hancurlah satu bagian hati.

Ketukan halus di pintu ruang praktiknya memecah kesendirian. Cepat-cepat Dokter Tian menyeka matanya.

"Masuk," katanya dengan suara tercekat.

Malaikat tampan bermata sipit itu lagi. Beberapa minggu terakhir, mereka sering bertemu. Dokter Tian dengan senang hati bertemu Calvin di luar jadwal kontrol dan terapi.

"Selamat sore, Dokter Tian." Calvin menyapa hangat, duduk di sofa yang ditunjuk dokternya.

"Selamat sore, Calvinku. Aku senang kamu datang menemuiku."

Keduanya duduk bersisian. Di dekat Calvin, Dokter Tian merasa tenang. Seluruh beban hidupnya seolah terangkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun