Semesta Calvin-
"Abi kenapa?"
Calvin menjatuhkan kantong belanjaannya ke lantai. Ia baru saja berbelanja bahan makanan dan beberapa barang kebutuhan lainnya. Salah satu tugasnya sebagai caregiver. Belum semenit kembali ke rumah, didapatinya Abi Assegaf bersedih.
"Mimpi buruk..." Abi Assegaf mendesah putus asa, raut wajahnya terluka.
"Abi benci kegelapan. Abi takut tidak bisa melihat lagi."
Relung jiwa membuka pemahaman. Sebuah ketakutan yang beralasan. Hati Calvin serasa teriris. Sebegitu parahkah kondisi penglihatan Abi Assegaf?
"Hanya mimpi...semoga tidak terjadi." hibur Calvin.
"Bagaimana kalau benar-benar terjadi?"
"Aku akan menjadi mata untuk Abi."
Demi sang Buddha, Calvin serius dengan ucapannya. Tenang, tulus, dan lembut. Calvin siap menjadi mata untuk Abi Assegaf.
Ironis. Seharusnya hal itu dilakukan Adica. Mana mungkin berharap pada pemuda yang kelewat ambisius mengejar karier? Pasca hengkang dari radio, kabarnya Adica ditawari menjadi news anchor di sebuah stasiun televisi swasta. Ia juga digandeng label rekaman ternama untuk mengaransemen sejumlah lagu dalam bentuk violin version.