Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Wanita Berhati Putih

29 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 29 Januari 2019   05:59 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bergetar hati seisi studio mendengarnya. Kanker adalah anugerah, kata-kata yang membekas dalam di pikiran mereka. Banyak orang mengeluh atas penyakit yang dideritanya. Pemikiran untuk berdamai dengan penyakit dan memandangnya positif sangat langka.

"Saya kuat karena didampingi dua permata hati dan wanita berhati putih ini."

Tanpa diduga, Abi Assegaf memeluk dan mencium Arlita. Lalu ia beralih merengkuh Adica dan Syifa. Audience bertepuk tangan. Presenter menahan keharuan.

"Ah, aku tahu. Wanita berhati putih sepertimu akan mudah terharu melihat tontonan kesedihan seperti ini, Rose." Tuan Effendi berkataa sarkastik.

Calvin menatap tanpa kedip sosok semampai Adica yang kini berada dalam pelukan Abi Assegaf. Wajah tampannya memancarkan keikhlasan. Ikhlaskanlah, ikhlaskanlah yang dicintai menemukan jalan bahagianya sendiri.

"Aku tidak merasa sendiri. Aku kan punya Abi, Ummi, dan Adica." Syifa melempar senyum cantiknya. Rileks sekali saat tiba gilirannya diwawancara.

"Syifa, kamu kan putri kampus nih. Model, duta mahasiswa, mantan presenter cilik, bintang iklan, pokoknya berprestasi dan multitallent gitu ya. Pernah nggak, ada teman-teman kamu yang bully keluarga kamu trus kamu marah dan semacamnya?"

"Pernah. Nggak tahu kenapa, hasil PET scan Abi tersebar. Banyak yang menghina Abi. Aku jelas nggak suka dong. Aku buktiin ke mereka kalau Abiku masih tetap Abi yang hebat...saat sakit sekalipun."

"Wow. Kompak sekali ya, keluarga Assegaf."

Kompak? Tuan Effendi kembali menebarkan sinisme. Keluarga Assegaf memang kompak. Kompak merebut anak lain, kompak memisahkan anak dari ayah kandungnya.

"Abi Assegaf sudah kuanggap seperti ayahku sendiri." kata Adica tulus, tulus sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun