Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Berlaksa Kasih Sayang, Belajar Melepaskan, dan Mozaik Salib

25 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 25 Januari 2019   06:21 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sulit sekali belajar melepaskan. Mau tidak mau, suka tidak suka, tiap orang harus berhadapan dengan kata 'melepaskan' dalam alur hidupnya. Entah melepaskan hal berharga maupun tidak berharga.

"Pak Assegaf, saya hanya butuh setengah detik untuk mencintai anak saya. Tapi, saya butuh lebih dari setengah dekade untuk mengikhlaskan kepergiannya."

Suara Dokter Tian bergetar. Dua titik bening membasahi kacamata perseginya. Sesudah menghela nafas dalam, dia meneruskan.

"Saya menderita. Kehilangan anak adalah pukulan terberat dalam hidup saya, melebihi kehilangan harta. Effendi merasakan hal yang sama saat melepaskan Adica."

"Adica...Adica anakku." gumam Abi Assegaf tanpa sadar.

Mata Dokter Tian berkilat. Hati Abi Assegaf bagai tertampar. Benarkah ia telah memisahkan anak dari ayah kandungnya? Berlaksa kasih sayang yang ditumpahkannya pada Adica takkan mampu menghapus kenyataan. Ikatan darah adalah niscaya.

**    

Esoknya, pagi-pagi sekali, Dokter Tian menjemput Abi Assegaf. Sukses mengundang keheranan Arlita. Mengapa dua hari berturut-turut suaminya bepergian dengan Dokter Tian?

"Kamu mau pergi lagi, Assegaf Sayang?" tanya Arlita, amat berharap suaminya tak mau.

"Iya. Hanya sebentar, Arlita."

Wanita cantik itu menghela nafas. Berat hati mengantar Abi Assegaf ke halaman depan. Senyum ramah Dokter Tian menyambutnya. Diselingi janji untuk menjaga yang sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun