Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Pemeran Utama

15 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 15 Januari 2019   06:41 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan berpikir untuk menyerah, Assegaf Sayang. Cara mengubah hati adalah doa. Every prayers have no limit, and Allah have no limit too."

Mata bening Arlita menatap lembut. Abi Assegaf bersandar di pelukan istrinya.

Kurang apa lagi doa-doa Abi Assegaf untuk Jadd Hamid? Mulai dari berdoa setiap sujud di sepertiga malam hingga berdoa langsung di negeri leluhurnya, Tanah Suci Mekkah, telah dia lakukan. Terbaca keputusasaan di mata sang ayah ideal.

"Kalau ini bukan project Adica, aku akan mundur sekarang juga. Aku masih bertahan demi Adica."

Adica menatap sedih langit berbintang. Wajah seram Jadd Hamid terus terbayang. Calvin menepuk pelan punggungnya.

"Jalani saja...jangan terlalu memaksakan."

Kerlap-kerlip berjuta bintang seolah menyuarakan isi hati. Sungguh, Adica ingin menjadikan Abi Assegaf sebagai pemeran utama. Tak ada yang bisa menggantikan Abi Assegaf.

"Aku merasa dimanfaatkan Jadd Hamid dan kroni-kroninya. Mereka hanya memanfaatkanku sebagai penulis dan pemilik cerita, lalu mereka memperlakukan naskahku sesukanya. Tak ada lagi hak prerogatif untukku."

Tepat di depan matanya, Calvin melihat langsung akibat buruk sifat perfeksionis. Para pemilik sifat itu akan cepat stress bila rencananya tidak berjalan sempurna.

"Aku bukan anak yang sempurna, Arlita." ungkap Abi Assegaf.

"Di mata Abi Hamid, aku hanya anak yang mengecewakan. Tapi aku ingin menjadi ayah yang sempurna. Ayah kebanggaan Adica dan Syifa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun