"Bagilah lukamu."
"Nope."
Mengapa tidak? Mengapa tidak ada sedikit pun cinta, kasih, dan pengertian Jadd Hamid untuk anak satu-satunya? Arlita bisa merasakan beratnya menjadi Abi Assegaf.
"Aku mau bertukar jiwa denganmu," Arlita mendesah.
Desahan angin menerbangkan dedaunan. Taman rumah sakit dingin sekali. Adica duduk di bangku taman. Calvin mengenyakkan tubuh di sisinya.
"Apa yang dikatakan kakekmu?" Calvin bertanya lembut.
"Dia ukan kakekku!" sergah Adica kasar.
Calvin menghela nafas sabar. "Baiklah...apa yang dikatakan kakeknya Syifa?"
"Kata Jadd Hamid, Abi Assegaf tak bisa dilibatkan dalam mega proyek sandiwara radio berjaringan nasional itu."
Itulah alasan Abi Assegaf mencari wanita berhati putih untuk pendamping hidupnya. Wanita yang bisa diajak berbagi luka, bukan hanya berbagi bahagia.
Allah memberi apa yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan. Voila, Arlita hadir karena ia dibutuhkan Abi Assegaf. Arlita pernah pergi. Kini ia kembali, tak kemana-mana lagi.