Si pria jet set menyodorkan kamera. Mengajari perempuan berdaster kelabu itu cara menggunakannya. Diberikannya amplop tebal dan instruksi-instruksi. Si perempuan mengangguk, lalu berjalan pergi.
Dia kembali sendiri. Selesai mengukir istana pasir, pria itu beranjak ke mobilnya. Bersandar di kap mobil, menatap hampa langit seputih mutiara.
"Gabriel Purnama Sutanto...sampai kapan kau akan begini? Itu berbahaya untukmu, Nak." desahnya masygul.
** Â Â
Gabriel merawat Abi Assegaf dengan sedih. Abi Assegaf berulang kali meyakinkannya jika dia tak bersalah. Ayah dua anak itu bahkan berterima kasih pada Gabriel.
"Terima kasih..." bisik Syifa, pelan membuka lunchboxnya.
Lagi-lagi dia temukan sajian bento yang cantik. Bento yang tak pernah didapatnya dari Abi Assegaf, Arlita, dan Adica.
"Anak saya itu memang pencemburu. Tapi percayalah, dia sangat baik."
Begitu sayangnya Abi Assegaf pada Adica. Sekalipun telah berbuat kesalahan, pemuda itu tetap dibelanya.
Gabriel mengangguk paham. Ya, ia pun tahu Adica orang baik. Orang baik yang telah melukainya berkali-kali.
Kali ini, segunung rasa sedih bercampur rindu dan haru tertumpah di hati Syifa. Gabriel telah memberikan apa yang dia mau. Siapakah Gabriel sebenarnya?