Setelah menutup aplikasi, Assegaf merasakan pipinya menghangat. Cairan merah mengaliri hidungnya. Kesakitan jiwa mempercepat kesakitan fisik.
"Kenapa sedih, Assegaf Sayang?"
Sehelai sapu tangan diusapkan dengan lembut. Wangi Escada The Moon Sparkel mendesak penciuman. Arlita datang dengan cinta.
"Arlita..." Assegaf memanggil lembut nama belahan jiwanya. Ia melingkarkan lengan, memeluk wanita itu.
Pelukan berbalas pelukan. Cinta dibalas cinta. Aliran darah telah berhenti.
"Kau pasti belum check up lagi," kecam Arlita dalam suara rendah.
"Aku tak nyaman dengan dokter keluarga, Arlita."
"Kenapa?"
"Kurang responsif, slow respon, dan sering menyalahkanku."
"I see."
Sejenak Arlita berpikir-pikir. Hatinya yang lembut menyampaikan rasa tak terima. Tak bisa rasanya melihat orang yang dicintai sakit terus.