Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Titik Kritis Halal

4 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 4 Januari 2019   06:04 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pixabay.com

Ia juga melihat ketika Deddy nyaris menolak blackforest pemberian Arlita. Walau tak berada di sana, Assegaf tahu maksud sebenarnya. Ia hafal betul seperti apa wanitanya.

Motif Arlita memberi sekotak blackforest khusus untuk Deddy bukanlah karena cinta. Melainkan karena perspektif halal dan haram. Blackforest itu mengandung rum. Rum, cairan yang terbuat dari destilasi molase lalu difermentasi dalam tong kayu ek. Produksi rum terbesar berada di Karibia dan Guyana. Rum putih digunakan untuk campuran cocktail, rum coklat untuk memasak/membuat kue, dan rum kualitas tinggi diminum langsung. Dari klasifikasi jenis minuman keras, rum tergolong minuman keras golongan C. Jenis minuman satu ini disebut minuman perompak pada masa lalu.

Kue-kue yang mengandung rum tidak halal. Meski rasanya lebih lezat, tetap saja haram bila setetes saja rum dicampurkan ke dalamnya. Sayangnya, banyak orang sering terlena. Sejumlah hotel dan bakery terkenal menggunakan rum. Titik halal sungguh kritis. Batas antara halal dan haram sangat tipis.

Pemikiran sempit membuat orang hanya fokus pada daging babi dan hewan non-halal lainnya. Mereka lupa. Cake cantik di toko-toko kue ternama pun bisa jadi tidak halal. Keju, misalnya. Keju yang diproduksi dari susu sapi pun memerlukan enzim. Enzim tertentu diambil dari babi. Tepung yang mengandung gelatin juga tak selamanya halal. Banyak gelatin berasal dari babi.

Perlahan dialihkannya tatapan. Dibukanya iPhone, mengakses sosial media. Tergerak hatinya stalking akun Arlita.

Laman profil Arlita terbuka. Memperlihatkan deretan status, link artikel yang dibagikan, foto-foto yang disukai, dan interaksinya dengan followers. Mata Assegaf tertumbuk ke arah status seorang Romo yang di-like dan dikomentari Arlita. Lama Arlita dan selibator itu berbalas komentar. Antusias mendiskusikan agama.

Paku-paku tajam menghantam hati. Assegaf merasakan denyut kesedihan. Sedih, sedih yang sama tiap kali ia mendapati unsur perbedaan antara Arlita dan dirinya.

Assegaf dan Arlita berbeda. Langit pun tahu. Mengapa perbedaan itu terasa sangat menyakitkan?

Hati Assegaf teriris. Kesedihan dan kecemasan mencengkeram kuat batinnya. Cengkeraman kecemasan menguat, terus menguat.

Sungguh, Assegaf sangat takut perpisahan. Dia takut suatu saat nanti berpisah dengan Arlita karena mereka tak bisa menemukan jalan untuk mengatasi perbedaan. Sangat disayangkan bila cinta terpisah hanya karena tembok tinggi perbedaan.

Arlita terlalu berharga, terlalu baik untuk dilepaskan. Hampir dua tahun bersama, Assegaf dan Arlita belum menemukan jalan untuk bersatu. Bayang ketakutan membesar di hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun