Nelayan-nelayan itu mengangguk dengan wajah berbinar bahagia. Sejak Abi Assegaf tinggal di tepi pantai, sedikit demi sedikit praktik kezhaliman rentenir mulai terkikis. Beban berat di atas kehidupan memprihatinkan para nelayan perlahan berkurang. Abi Assegaf mengasihi mereka dengan limpahan hartanya. Ia tak pernah keberatan berbaur dengan nelayan di dermaga. Sering ia mengundang mereka ke rumahnya untuk makan bersama. Dengan sabar, Abi Assegaf mendengarkan curahan hati mereka. Bila para nelayan ada masalah, dia bantu sebisanya.
Sepasang mata lekat memperhatikan Abi Assegaf dari balik jajaran perahu. Biola tergenggam di tangan. Pemilik mata itu terharu. Terharu dengan kasih dan virus kebaikan yang ditebarkan. Andai saja Abi Assegaf ayahnya...
Si gadis Manado-Borgo bermata biru mulai menggesek bow. Nada demi nada ia alunkan. Bibir mungilnya bernyanyi pelan.
Dimana dirimu
Ingatkah padaku
Ku selalu di sini
Meniti bayangan
Kuterimakan keadaanku
Mencintaimu tanpa mampu memiliki
Kau yang terindah