Calvin ikut berempati pada kondisi Refrain Radio. Ia tunjukkan supportnya yang tulus dengan konsisten mendengarkan Refrain walaupun diganggu siaran mistis. Abi Assegaf, Arlita, dan Syifa sangat berterima kasih dengan konsistensi Calvin. Adica? Gengsi dan enggan mengakui, seperti biasa.
Malam itu, keluarga Assegaf kembali berkumpul bersama. Mereka mendengarkan siaran Refrain di kamar biru. Langit malam berawan, namun tak berhujan. Suara ombak meningkahi suara radio.
"Aku takut..." gumam Syifa.
"Jangan takut, Sayang. Takutlah hanya pada Allah." Abi Assegaf menenangkan. Terbatuk di sela kalimatnya.
Arlita mengusap darah di sudut bibir suaminya. Lalu meminumkan air. Detik-detik jelang berakhirnya durasi siaran. Syifa refleks merapatkan tubuhnya pada Adicca.
Dan...hadirlah siaran mistis itu. Syifa membenamkan wajah tanpa sadar. Wajah Arlita dan Abi Assegaf pucat pasi. Adica menekan dalam-dalam ketakutannya.
Suara Deddy begitu halus, ramah, dan simpatik. Disusul lagu-lagu populer favoritnya. Menyeramkan, itulah efek yang terasa.
Prang!
Kaca pintu balkon di samping Syiffa pecah. Ia berteriak, namun Adica melindunginya dari serpihan kaca yang berjatuhan. Betapa kagetnya keluarga Assegaf melihat Sasmita berdiri tegang di ambang pintu yang nyaris hancur.
"Sasmita...masya Allah. Ada apa?"
Tertatih Abi Assegaf beranjak menghampiri sahabatnya. Ia tak marah Sasmita menghancurkan pintunya. Tak mempermasalahkan pula kedatangan Sasmita yang jauh dari kata sopan. Tamu beretika mana yang masuk lewat balkon dan tanpa mengetuk pintu?