Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Tulang Rusuk Malaikat Semua Paras Sama Mulianya

10 November 2018   06:00 Diperbarui: 10 November 2018   06:54 3389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat dihampiri Abi Assegaf, lutut perempuan itu melemas. Ia shock, tak percaya, dan bersyukur didatangi langsung sosok inspiratif idolanya.

"Selamat malam, Ibu. Saya Assegaf, Ibu mau ikut Memilih Itu Juara?" sapa Abi Assegaf lembut.

"Iya...saya salah satu pendengar Refrain Radio. Tapi saya terlambat. Saya ingin ikut acara ini, dan ingin bertemu Zaki Assegaf....ah, Puji Tuhan saya sudah menemukannya."

Air mata bergulir ke pipi keriputnya. Para tamu menatap heran. Sebegitu senangnya perempuan itu datang ke Refrain Radio dan bertemu Abi Assegaf. Sementara itu, Abi Assegaf nyaris kehilangan kata. Tak disangkanya ada pendengar sekaligus penggemarnya teramat terharu hanya karena telah bertemu.

"Pak Assegaf, Anda tahu? Tadi saya sempat diusir sekuriti di gerbang depan itu. Saya dilarang masuk. Katanya, tampang Boyolali seperti saya ini tidak pantas menghadiri acara besar dan bertemu Anda. Saya sedih dan heran. Memangnya ada apa dengan wajah saya ini? Lalu, kenapa saya disangka orang Boyolali? Saya orang Sragen kok. Ada-ada saja ya."

Trenyuh hati Abi Assegaf mendengarnya. Salut dengan kegigihan si pendengar dan penggemar setia. Ptamu undangan tak kalah tersentuh. Adica dan Calvin melempar pandang kagum. Syifa mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Semua paras sama mulianya di mata Tuhan. Mau itu wajah Boyolali, wajah Batak, wajah Minahasa, wajah Minang, wajah Timur Tengah, wajah Eropa, wajah Tionghoa...semua sama. Maafkan karyawan saya ya...sini saya antar ke bangku." Abi Assegaf berujar lembut, menuntun perempuan baya itu ke barisan kursi VIP.

Apa yang dilakukan Abi Assegaf sukses membuat hati perempuan itu meleleh. Abi Assegaf mendudukkannya di kursi, mengambilkannya makanan dan minuman, mendengarkan curahan hatinya. Pria berlesung pipi itu menyambut dirinya dengan kasih dan kehangatan.

"Saya tidak salah mengagumi Anda. Anda orang baik dan toleran..." puji perempuan itu terus terang.

Usai acara, hal pertama yang dilakukan Abi Assegaf adalah memeluk Arlita. Diciumnya pipi wanita pertama dan terakhirnya itu.

"Maaf kalau kamu cemburu..." bisik Abi Assegaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun