"Arlita...Assegaf, kami ikut sedih." bisik Deddy tulus.
"Sudah diatur, Assegaf. Jadwalmu akan diganti penyiar-penyiar lain. Kamu..."
"Aku menyesal, Sasmita. Aku menyesal tak bisa siaran lagi." sela Abi Assegaf lirih.
Sasmita bertukar pandang dengan Deddy. Deddy berjanji akan bersiaran sebaik Abi Assegaf. Mulai besok, dirinyalah yang akan membawakan program Kuliah Subuh. Harus dicontohnya kesabaran dan kelembutan Abi Assegaf ketika melayani pertanyaan pendengar.
Abi Assegaf terbatuk. Diedarkannya pandang ke sekeliling ruang tamu. Meengapa suasana begitu muram? Mengapa wajah-wajah di depannya terlihat sedih?
"Arlita...Deddy...Sasmita, aku belum meninggal." lirih Abi Assegaf.
Wajah Arlita memucat. Deddy mencengkeram lengan kanan Abi Assegaf yang terbalut selang infus. Buru-buru Sasmita berkata.
"Mereka semua datang untuk mendoakanmu, Assegaf."
Frustrasi menggelembung. Dengan kalut, Abi Assegaf kembali melemparkan tatapan ke arah para tamu. Di sela helaan nafas yang melemah, pria tampan berlesung pipi itu bergumam lirih.
"Ini seperti acara pemakamanku..."
Seharusnya Adica tahu. Acara yang dibuatnya ini membuat Abi Assegaf tertekan. Sayangnya, Adica kini tengah berhadapan dengan Revan.