Keheningan berlalu menyakitkan. Tidak kuat dengan situasi ini, Adica bersiap berdiri. Belum sempat selangkah pun ia beranjak, Tuan Effendi dan Calvin menahannya.
"Adica...mau kemana, Nak?" tanya Tuan Effendi halus.
"Saya mau shalat untuk mendoakan Abi." jawab Adica singkat.
Memaksakan diri, Calvin ikut bangkit. "Aku temani ya. Memangnya yang mau mendoakan Abi Assegaf kamu saja?"
Mau tak mau Adica terenyak. Benar, banyak yang menyayangi Abi Assegaf. Abi Assegaf bukan hanya ayah Syifa ataupun Adica, tetapi juga ayah dari banyak anak.
Diiringi tatapan sendu, Calvin dan Adica bergegas pergi. Mushala kecil di sayap kiri gedung rumah sakit telah menanti. Lama mereka tegak dalam shalat. Berdoa, berdoa, dan berdoa. Mereka berdoa di atas tumpukan kegelisahan.
** Â Â Â
Jangan biarkan damai ini pergi
Jangan biarkan semuanya berlalu
Hanya padaMu Tuhan