Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Pria Penyayang itu Butuh Teduhnya Wanita

2 November 2018   06:00 Diperbarui: 2 November 2018   06:01 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Abi Assegaf akan baik-baik saja. Begitu juga Revan." Calvin berbisik lembut menenangkan.

Satu-dua kali Silvi terisak. Dia sangat cemas memikirkan kondisi kakaknya. Gadis bermata biru itu menyayangi Revan lebih dari apa pun, terlebih sejak orang tua mereka meninggal. Adica tertunduk dalam. Sisi terdalam hatinya mendoakan Abi Assegaf, sisi lainnya mendoakan Revan. Koridor rumah sakit itu disesaki kesedihan.

Derap langkah dua pasang kaki mengalihkan atensi. Mereka berpaling ke ujung koridor. Syifa dan Arlita berlari ke dekat mereka. Gurat kecemasan mendominasi wajah dua perempuan cantik itu.

Syifa menghambur ke pelukan Adica. Tangisnya pecah.

"Terima kasih...terima kasih telah membawa Abi ke sini. Kau hebat, Adica. Masih kuat membawa dua orang ke rumah sakit, walau kau sendiri sedang sakit." Syifa memuji di sela isaknya.

Adica dan Syifa berpelukan. Berulang kali Arlita melempar pandang cemas ke kaca yang membatasi koridor dengan ruang perawatan. Tak bisa diingkari, hatinya memendam beribu kecemasan. Ia satu dari sedikit orang yang paling memahami kelemahan Abi Assegaf. Wanita mualaf itu takut, sungguh takut.

Paramedis yang dinanti-nanti akhirnya keluar juga. Apa yang dikatakan begitu mengejutkan: berulang kali Abi Assegaf memanggil Arlita.

"Masuklah, Ummi. Abi butuh Ummi," Syifa memohon.

"Tapi...apa tidak sebaiknya kamu dan Adica saja?" tolak Arlita ragu.

"Tidak, Ummi...maaf, Bu Arlita saja yang masuk." timpal Adica halus.

"No, no...panggil aku Ummi, Adica. Kau anakku juga. Anak Assegaf akan jadi anakku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun