"Kami tidak tahu." sahut Deddy akhirnya.
"Bisa saja memang dia yang meminumnya." sanggah Sasmita, ragu bercampur takut.
"Deddy, Sasmita, aku sedih. Anakku sedang sakit, tapi ia malah difitnah." desah Abi Assegaf, ekspresi wajahnya mencerminkan kesedihan mendalam.
Lembutnya Abi Assegaf sukses menggores hati Deddy dan Sasmita. Mereka mampu membaca kesedihan seorang ayah yang anaknya terzhalimi. Kelembutan itu berbalut kesedihan.
"Ah, sudahlah. Bagaimana dengan kalian? Kuperhatikan, keluarga kalian sedang kurang baik..."
Kalimat terakhir menghentak kesadaran dua penyiar senior itu. Banyak pikiran dan sibuk merawat anak yang sakit, Abi Assegaf ternyata masih memperhatikan orang lain. Tak sempat mereka menjawab, Abi Assegaf memperlihatkan iPhonenya.
"Sudah kutransfer seratus juta ke rekeningmu, Deddy. Semoga istrimu cepat sembuh."
Deddy terbelalak. Tersenyum lembut, Abi Assegaf membuka iPhone satunya. Ia sodorkan pada Sasmita.
"Mudah-mudahan kuliah anakmu lancar, Sasmita. Salam untuk Kania."
Sasmita tertegun mendengarnya. Tubuhnya gemetar melihat nominal yang tertera di layar.
Dering telepon menyela kecanggungan. Selama Abi Assegaf menerima telepon, Deddy dan Sasmita berkomunikasi tanpa kata. Telepati berebut bicara. Hati mereka diaduk-aduk rasa bersalah.