Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Hadapi dengan Kelembutan

31 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 31 Oktober 2018   05:58 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba di studio Refrain Radio, Abi Assegaf disambut hangat seperti biasa. Para karyawan merasa rindu. Sejak Adica sakit, Abi Assegaf makin jarang ke kantor. Kecuali untuk siaran dan rapat penting terkait rencana ekspansi perusahaan.

Lama Abi Assegaf merenung di ruang kerjanya. Ia bolak-balik lembaran dokumen. Suara radio yang diset pada volume rendah menjadi latar belakang. Layar komputer berpendar, menampilkan laman media sosial. Bagaimana mungkin seorang pemimpin perusahaan justru membuka sosmed saat jam kerja?

Tidak, ini pun bagian dari pekerjaan. Kursor dinaik-turunkannya. Menelusuri dan membaca tweets dari akun @ryantamadeddy. Merasa cukup, ia ketik nama akun lain di kolom search. Terbukalah profil Sasmita dua menit berikutnya.

Scroll dan stalking, hal itu ia ulangi lagi. Tweets-tweets aneh tentang kritik pada pemerintah bercampur dengan masalah keluarga. Sepotong hati lembut itu mulai menyelami, memahami, dan merasakan. Sejurus kemudian, Abi Assegaf meraih telepon. Ia menyuruh sekretarisnya memanggil dua orang.

Lima menit berselang, Deddy dan Sasmita datang. Kelicikan tersembunyi di balik keramahan. Abi Assegaf pun bersikap normal, tak menampakkan kekecewaan.

"Deddy, Sasmita, maaf aku sudah lama tidak ke kantor. Aku rindu kalian...juga Refrain Radio." Abi Assegaf angkat bicara.

Keduanya mengangguk, memasang senyum palsu. Abi Assegaf menghela nafas, lalu melanjutkan.

"Anakku sakit. Mudah-mudahan kalian mengerti."

Tubuh Deddy dan Sasmita menegang. Mereka waswas, menunggu kelanjutannya. Namun, tak nampak segurat pun amarah di wajah teduh khas Timur Tengah itu.

"Kemarin, kutemukan botol minuman keras di kamar Adica. Aku tahu, itu bukan milik anakku. Anak-anakku, Adica dan Syifa, tak pernah minum alkohol. Mereka bersih. Ada yang menyusupkannya. Menurut kalian, siapa yang melakukannya?"

Nada suara Abi Assegaf teramat lembut. Lembut, lembut sekali tanpa vibrasi kemarahan. Deddy dan Sasmita gentar. Mereka bergerak gelisah di kursi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun