Satu dari tiga supir pribadi telah menunggu. Kali ini, Abi Assegaf ke rumah sakit bersama supir. Maksud hati ingin fokus mendampingi pemuda tampan yang telah jadi "anak lelaki"nya secara total.
Mobil meluncur menjauhi tepi pantai. Adica dan Abi Assegaf duduk bersisian di bangku mobil. Lihatlah bagaimana cara pria berlesung pipi itu menguatkan anak lelakinya.
"Nak, cinta...saat kemo nanti, jangan bayangkan rasa sakit yang akan terasa. Atur pikiranmu, alihkan dengan memikirkan hal-hal yang menyenangkan."
Hal-hal yang menyenangkan? Bahagianya ia bila bisa berkumpul lagi dengan Michael Wirawan. Tak kalah membahagiakan menjalani saat-saat bersama Abi Assegaf. Syifa, satu sosok lain yang membangkitkan semangat hidupnya.
Mulailah Abi Assegaf menceritakan banyak hal membahagiakan. Ia bercerita dengan teknik theatre of mind, teknik keunikan penyiar dalam menyampaikan kata-kata hingga membuat pendengar bisa membayangkan tiap kata yang diucapkannya. Theatre of mind membuat pendengar dapat berimajinasi. Seakan penyiar berbicara langsung tepat di depan mereka.
Mendengar cerita Abi Assegaf, Adica merasa nyaman. Kenyamanan melahirkan ketenangan. Ketenangan menghasilkan kekuatan. Kekuatan itulah yang membuatnya tegar melangkah ke ruangan kemoterapi.
** Â Â
Genggaman tangan Abi Assegaf tak terlepas. Jarum-jarum suntik menghujam tusukan. Sakit, jelas sangat sakit. Namun...
"Ada pembengkakan di tangan kirinya." kata perawat cemas, melirik tangan kiri Calvin.
Tuan Effendi mengikuti arah pandang perawat. Benar, terdapat pembengkakan di bagian yang terpasang infus. Calvin pun melihatnya. Apa lagi kali ini?
"Pindahkan saja infusnya."