"Kekagumanku padamu...sebesar cintaku, Calvin." ucap Silvi tulus.
** Â Â
Langkah Abi Assegaf menapaki lantai balkon. Sepatu mahalnya menderap di lantai marmer. Adica masih fokus pada Syifa. Begitu pun sebaliknya.
Tak ada kebetulan di dunia. Tepat pada saat itu, Arlita menghampiri Syifa. Sosok Abi Assegaf dan Arlita terpantul jelas di layar.
"Abi?"
"Ummi?"
Adica dan Syifa berucap bersamaan. Tersadar dengan kehadiran orang tua mereka. Arlita tersenyum penuh arti. Di tangannya, tergenggam spatula. Ia belum melepaskan apron putihnya.
"Sudah selesai kan video callnya? Syifa, turun ke dapur sekarang. Cepat!"
Kegalakan Arlita membungkam Syifa. Ia tergeragap, buru-buru turun ke dapur menyusul Umminya. Hanya tiga orang yang bisa membuat Syifa takluk: Abi Assegaf, Arlita, dan Adica. Cinta, jadi sumber kekuatan sekaligus kelemahan.
"Anakku...waktunya ke rumah sakit." kata Abi Assegaf lembut.
Adica mengangguk. Perlahan mengikuti langkah Abinya ke lantai bawah.