"Sini, Sayang. Jika mereka menghormati Abi, mereka juga harus menghormatimu." Abi Assegaf menggamit lengan Adica.
"Di sini saya hanya penyiar biasa, Abi."
"Tidak. Kau anakku mulai kini."
Tanpa ragu, Abi Assegaf menyebut Adica sebagai anaknya. Praktis beberapa penyiar memendam iri. Mereka pun mau diperlakukan istimewa oleh pemimpin sebaik itu.
Dengan penuh kasih, Abi Assegaf menuntun Adica ke ruang siaran. Sabar mengiringi langkah pemuda itu yang tidak selincah dulu. Bahkan ketika Adica tanpa sadar mengeluh tulang-tulangnya sakit dan nyaris jatuh di depan pintu studio, Abi Assegaf lembut memapahnya. Benar-benar fatherly.
Sejumlah penyiar berbisik-bisik. Deddy dan Sasmita yang paling culas di antara mereka.
"Hanya karena dia sakit, langsung diperhatikan Assegaf." Deddy berbisik keji. Hanya Deddy dan Sasmita yang tidak memanggil Zaki Assegaf dengan sebutan Abi. Sebab merekalah yang merasa "membantu" saat Abi Assegaf mendirikan Refrain Radio. Keduanya merasa senior. Mereka anggap Abi Assegaf partner, bukan atasan.
"Kok Assegaf maunya sih, merawat anak muda sakit-sakitan kayak gitu?" kecam Sasmita.
"Yah, dia kan orang baik. Waktu mobilnya dirusak tunawisma aja dia nggak marah."
"Tapi, menurutku dia sudah kelewatan. Anak itu juga. Nggak tahu diri."
Rasa iri di dunia kerja, itu lagu lama. Disusul strategi untuk menjatuhkan Adica. Politik kantor yang licik. Bodohnya Deddy dan Sasmita. Mereka pikir Zaki Assegaf tak punya otak brilian untuk melindungi Adica dari kelicikan mereka?