Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Tulang Rusuk Malaikat] Kuatkanlah Hati Cinta

18 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 18 Oktober 2018   07:47 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abi Assegaf berbaik hati menceritakan caranya berhasil menemukan keberadaan Adica. Semua ini tak lepas dari peran para suster, dokter, Calvin, Silvi, Tuan Effendi, dan Syifa. Alhasil, Adica berkunjung sebentar ke ruang sebelah. Sekedar berterima kasih karena perhatian banyak orang.

"Tidak juga...apa yang perlu diterimakasihkan?" Calvin menampik halus, tersenyum ramah.

"Aku, Papa, dan Silvi hanya memperhatikan dari jauh. Yah...setidaknya memastikan kau tidak sendirian."

Kekakuan mencair. Saling mengingat wajah di pesta ulang tahun Syifa membuat mereka perlahan tak canggung lagi.

Bicara tentang Syifa, dimanakah gadis itu? Rupanya Syifa tengah disibukkan dengan urusan keluarga Umminya. Memiliki dua orang tua yang telah berpisah dan tinggal berjauhan mengharuskan Syifa bolak-balik dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak berjauhan. Begitu tahu dimana Adica berada, ia dihinggapi sesal tingkat akut. Pasalnya, saat ini dia masih berkutat dengan keluarga lain. Hasrat untuk menemui special someone terpaksa ditahan.

Lain Syifa, lain lagi Abi Assegaf. Ia menikmati perannya sebagai full time father. Semua urusan pekerjaan dia serahkan pada bawahan-bawahannya. Seluruh waktu dihabiskan Abi Assegaf di rumah sakit.

Kehadiran Abi Assegaf yang begitu tiba-tiba sempat mengherankan Dokter Tian. Terlebih, Abi Assegaf tanpa ragu mengklaim Adica sebagai anaknya. Cinta, terkadang bisa membuat seseorang dengan mudah mengklaim sesuatu menjadi miliknya.

Dalam hidup, kita tak bisa memaksakan semua orang menyukai diri kita. Begitu juga Abi Assegaf. Sebaik apa pun imagenya, sebesar apa pun sifat penyayangnya, tetap saja ada yang tidak suka. Bukan, ia bukan dibenci oleh saingan bisnisnya. Ia justru tidak disukai oleh sesama ayah penyayang.

Tak bisa mengingkari perasaannya sendiri, Tuan Effendi tidak menyukai Abi Assegaf. Sebersit rasa iri bercampur cemburu membakar sudut hati. Rasa yang datang tanpa permisi sejak melihat kedekatan Abi Assegaf dan Adica.

Calvin bukannya tutup mata. Dia tahu pasti perasaan Papanya. Ia pun menyimpan tanya. Mengapa Abi Assegaf sedekat itu dengan Adica? Bahkan sampai mengklaim Adica sebagai anak. Cinta, menebarkan rasa posesif bagi para pemiliknya.

**    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun