Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Tulang Rusuk Malaikat] Kuatkanlah Hati Cinta

18 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 18 Oktober 2018   07:47 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maaf..." kata Abi Assegaf, buru-buru menahan langkahnya.

"Tidak apa-apa. Anda siapa?" tanya pria baya berpenampilan rapi itu, tak lain Tuan Effendi.

"Saya Zaki Assegaf, keluarga pasien di ruangan itu."

Alis Tuan Effendi bertaut. Calvin mengerutkan keningnya.

"Keluarga? Bukankah sejak kemarin Adica datang, dirawat, dan mengurus semuanya sendirian?"

Sesaat Abi Assegaf nampak kikuk. Rasa posesif dan kasih sayang berlebih mendorongnya.

"Saya ayahnya."

Di luar dugaan, Abi Assegaf berani berbohong. Tanpa sengaja pria Arab-Indonesia itu menyentuh hidungnya saat berkata begitu. Salah satu gesture orang yang sedang berbohong adalah gugup dan ragu, hingga tak sadar menyentuh hidungnya dan menghindari pandang saat bicara.

Sayangnya, Calvin dan Tuan Effendi terlalu baik. Terlalu baik bukan berarti bodoh. Mereka berdua antara percaya dan tidak. Agak ganjil bila pria tinggi berhidung mancung di hadapan mereka ini mengaku-ngaku ayah Adica. Pertama, ayah mana yang membiarkan anaknya terlantar di rumah sakit dikelilingi mayat? Kedua, tipikal wajah Adica dan Abi Assegaf tidak mirip. Ketiga, Syifa bahkan jatuh cinta dengan Adica. Bagaimana mungkin ia berani jatuh cinta jika memang mereka saudara satu ayah? Incest bukanlah pilihan baik.

Meski setengah tak percaya, mereka biarkan saja Abi Assegaf masuk. Mengurungkan niat mereka sendiri untuk memberikan sebentuk perhatian. Intuisi kewaspadaan mereka tetap aktif.

**    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun