Bukan hanya Adica yang sulit tidur malam itu. Di kamar hotelnya yang mewah, Abi Assegaf berkali-kali gagal memejamkan mata. Hasratnya ingin segera ke bandara dan naik pesawat untuk kembali terpaksa ia tahan. Urusan bisnis itu belum selesai.
Pria berlesung pipi itu gelisah. Dia mengkhawatirkan seseorang. Seseorang yang sakit, yang mungkin butuh dirinya.
"Tidurlah Abi. Kalau semua urusan sudah selesai, Abi kan bisa pulang." Syifa mengingatkan saat mereka FaceTime setengah jam lalu.
"Aku tidak bisa tidur..." Calvin berkata putus asa, meremas tangan Tuan Effendi.
"What's the matter with you, Dear?"
Calvin tak menjawab. Ia pun bingung dengan dirinya sendiri. Sejak tadi, perasaannya tidak enak. Firasat di hati kecilnya membisikkan kabar buruk.
"Tidurlah, Sayang. Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Di sini ada Mama, ada Papa..." pinta Nyonya Rose.
"Ada aku." Revan menyela.
"Ada aku juga."
Silvi membungkuk, mencium pipi Calvin. Lihatlah, semua orang yang ia cintai berkumpul di dekatnya. Untuk apa khawatir?
** Â Â Â