Luka, luka, luka. Itu yang dilihat Adica di mata para pasien. Pasien BPJS direndahkan, sebuah lagu lama. Terlihat seorang ibu paruh baya bersama anaknya digertak petugas loket karena berkasnya kurang lengkap. Pria tua berpakaian lusuh dilayani dengan ketus di loket sebelah. Perempuan muda diusir petugas karena berobat tanpa rujukan. Sepasang pasien kanker payudara mengeluh tentang dihapusnya Trastuzumab dari formalorium nasional. Adica makin tertekan. Ingin membantu, tapi tak bisa. Hatinya sedih luar biasa.
"Saya sedih, Calvin. Sedih karena harus meninggalkanmu. Saya tak bisa lama-lama, hari ini jadwal praktik dan konsultasi." Dokter Tian melangkah mundur.
Calvin merapatkan selimutnya. Sakit itu kini menyatu dengan rasa dingin. Obat-obatan telah tercampur dengan darahnya.
"Tidak apa-apa, Dokter Tian. Saya kuat...uruslah pasien yang lain." ujar Calvin pelan, namun meyakinkan.
"Tian, kamu hebat. Kamu masih mau menangani pasien BPJS, walaupun honornya kecil." Tuan Effendi dan Nyonya Rose memuji. Ditingkahi senyuman tipis dokter itu.
"Aku ini dokter, Effendi. Prinsipku, tidak boleh menolak pasien. Siapa pun mereka."
Seorang pasien miskin ditolak karena tak bisa membayar uang muka operasi sebesar 14 juta. Potret ketidakadilan terakhir yang sempat tertangkap matanya sebelum ia beranjak dari ruang tunggu. Pahit, pedih, menyakitkan. Adica melangkah lambat, kakinya serasa digantungi barbel.
"Papa...apa dunia kesehatan di negeri kita sekejam itu?" bisiknya, lirih sekali.
Jika Michael Wirawan masih hidup, takkan dibiarkannya anaknya mencicipi pahitnya sisi marginal pelayanan kesehatan. Sayangnya, Michael Wirawan telah pergi. Mau tak mau Adica teringat Abi Assegaf. Teringat pula ucapan motivasi Syifa untuk tidak boleh takut.
Ia percepat langkah sewaktu menyusuri koridor. Dilewatinya pintu poli demi poli. Poli bedah, poli mata, poli anak, dan...itu dia. Poli penyakit dalam. Seorang dokter pria berwajah baik menyambutnya hangat. Sekali pandang saja, Adica langsung merasa nyaman dengan dokter itu. Tepat ketika menyerahkan amplop berisi hasil tes, Adica batuk darah.
"Ya, Allah...Calvin, itu darah."