Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Tulang Rusuk Malaikat] Pertemuan Menggetarkan

16 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 16 Oktober 2018   06:28 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.silencity.com/

Sesosok gadis cantik bergaun baby pink datang mendekat. Heels setinggi sembilan senti di kakinya tak menghalanginya bergerak lincah. Riasan make up minimalis, hairpiece berformat kepingan salju, dan senyuman manis melengkapi penampilannya.

"Nah, inilah objek kita...yang berulang tahun. Kamu kan harusnya di dalam. Siap menyambut tamu dengan anggun. Kok malah keluar?" Silvi mencium kedua pipi gadis itu.

"Ini aku juga lagi menyambut tamu dengan anggun. Aku keluar ballroom kan buat kalian. Kalian tamu spesialku. Masuk yuk."

Mereka berempat melangkah masuk ke ballroom. Silvi dan Revan melirik waswas ke arah Calvin, memastikannya kuat berjalan sendiri tanpa dibantu. Malaikat tampan bermata sipit itu nampak sedikit lebih kuat. Langkahnya ringan, dan ia tidak terjatuh. Menghargai orang lain Tuhan memberi kekuatan untuk mereka yang ingin berbuat baik.

Dari pintu kaca, terlihat Honda Jazz merah berhenti. Petugas valley segera mengambil alih. Dua orang laki-laki beda usia turun dari mobil. Satu laki-laki berwajah Timur Tengah dan berlesung pipi, satunya lagi lelaki yang jauh lebih muda dengan wajah Chinese yang khas. Keduanya memakai tuxedo putih.

"Abi!" Gadis bergaun pink itu berseru tertahan. Lalu ia berlari meninggalkan Calvin, Revan, dan Silvi.

"Syifa..." kejar Silvi. Revan dan Calvin bergegas menyusul.

Kaki jenjang Syifa bergerak cepat. Kedua lengannya terentang. Belum sempat ia memeluk Abinya, Syifa didahului figur wanita bergaun merah. Wanita awal 50-an dengan tubuh tinggi itu berdiri di depan Abi Assegaf.

"Arlita?" lirih Abi Assegaf, menyebut nama mantan istrinya.

**     


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun