"Aku cinta Papa. Aku sayang Papa..."
"Aku di sini, anakku. Aku di sini..." lirih Abi Assegaf, memegang erat tangan Adica.
Mengapa terasa begitu sakit? Mengapa menyakitkan saat dirinya mendengar pemuda itu memanggil-manggil Papanya? Naluri kebapakan Abi Assegaf naik ke permukaan. Lama hidup sendiri, jauh dari mantan istri dan anak kandungnya, Abi Assegaf sangat tertekan. Merawat Adica mengembalikan sekeping bahagia yang lama hilang.
"Sudah hilang...sedikit."
Calvin bernafas berat, membuka matanya. Silvi memeluk pundaknya lembut.
"Apa yang kaupikirkan, Sayang?" tanyanya halus.
"Aku rindu adikku."
Ruang pemahaman terbuka. Segumpal kerinduan melayang. Revan dan Silvi tahu kisah masa lalu itu.
"Sabar ya...semua ada waktunya." hibur Revan dan Silvi.
Semua ada waktunya. Kata-kata itu terekam kuat di benak Calvin.
Kata-kata itu pula yang dibisikkan Abi Assegaf pada diri sendiri saat mengganti kain kompresan menjelang tengah malam. Tuhan telah mengatur waktunya. Cukup berdoa, berprasangka baik, dan berserah, waktu yang dijanjikan akan datang. Bukankah janji Tuhan tak pernah salah?