Erangan-erangan itu teramat menyedihkan. Makin dalam kekhawatiran Abi Assegaf. Mengapa sejak bertemu dokter dan melakukan tes darah, kondisi Adica justru makin parah? Apa sebenarnya yang terjadi?
"Aku tak tahu apa yang terjadi," Calvin menghela nafas, lalu melanjutkan.
"Tapi aku merasa dikuatkan. Papa menguatkanku...juga Mama, dan kalian berdua."
Petang berganti malam. Dinginnya udara perbukitan tak baik untuk Calvin. Revan pun memapah sahabatnya itu masuk ke dalam dibantu Silvi. Kini, Calvin tak selincah dulu. Sewaktu masih sehat, berjalan di runway memperagakan koleksi terbaru karya desainer butik yang mengontraknya pun, Calvin masih sanggup. Sejak sakit, berjalan biasa saja Calvin sering jatuh.
"Stop, Revan." kata Calvin tepat di depan grand piano putih yang berdiri anggun di ruang tamu.
Revan mengangguk. Silvi tersenyum penuh arti. Jemari lentik Calvin bergerak pelan memainkan intro. Usai intro, pemuda berkacamata itu pun bernyanyi.
Ada kala ku merasa
Hidup ini seperti kaca
Jikalau tidak bersabar
Hancur berderailah akhirnya