Hamparan mawar putih di taman belakang rumah memanjakan pandangannya. Calvin duduk di bangku taman yang bersebelahan dengan air mancur. MacBook terbuka di pangkuannya. Rutinitas paginya: menulis artikel. Mengupdate isi blognya. Sebelum ia disibukkan dengan tugas-tugas sebagai pemimpin perusahaan.
Tenggelam dalam tulisan, tetiba Calvin merasakan sakit. Refleks ia berhenti mengetik. Pria tampan berjas hitam itu kesakitan. Seperti ada ribuan jarum ditusukkan secara bersamaan ke punggungnya.
Tes.
Hidung Calvin berdarah. Tetes merahnya menjatuhi keyboard. Mengapa serangan ini terjadi di jam emas? Ketika seharusnya ia sudah memposting artikel?
"Calvin, are you ok?"
Calisa tiba di waktu yang tepat. Ia peluk Calvin erat. Lembut diusapnya darah itu.
"Calisa, maaf..." ujar Calvin lirih.
"Untuk apa minta maaf?"
"Kau datang ke rumahku, malah disambut dengan situasi seperti ini. Maaf..."
Begitulah Calvin. Tidak salah pun meminta maaf. Salah satu tanda orang baik adalah berani mengucap tiga kata ini tanpa tendensi: tolong, terima kasih, dan maaf.
"No problem. Mana yang sakit? Perlukah kita ke RS sekarang?"