Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Selingkuh Hati Malaikat Tampan] Bawalah Cintaku

25 September 2018   06:00 Diperbarui: 25 September 2018   06:20 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Silvi, berjanjilah padaku untuk berhenti melukai dirimu sendiri. Tetaplah jadi Princess Silvi yang tegar setelah aku pergi."

Setelah mengucap tiga kata terakhir, Calvin kembali batuk darah. Membuat kecemasan Silvi menggelembung. Tatapan menenangkan Calvin layangkan pada wanita perekat jiwanya.

"Jangan terlalu banyak khawatir, Silvi. Aku sedih bila kamu terus mengkhawatirkanku." Calvin berujar lembut.

Ketika Silvi tak juga lepas dari kekhawatiran, Calvin mengeluarkan sesuatu dari tas pianonya. Bungkusan besar berisi cotton candy merah muda. Dibukanya bungkus plastik itu. Lembut disuapinya Silvi dengan permen kapas.

"Rasa manis akan memberi sepercik ketenangan," jelas Calvin, melanjutkan lagi suapannya.

Silvi menerima tiap suapan dengan hati berdesir. Ditatapnya mata Calvin dalam-dalam. Berusaha mencari kebohongan dan niat jahat. Tidak, sama sekali tak ditemukannya. Kelembutan, ya hanya kelembutan yang ia dapatkan dari mata sipit itu.

**    

Larut dalam kenangan, Silvi masih terus beernyanyi. Koridor rumah sakit menjadi saksi bisu kesedihannya.

Ia rindu Calvin, sangat rindu. Kini, Calvin tak sekuat dulu. Jangankan menyuapinya cotton candy dan menyanyi, bernafas pun harus dibantu alat medis. Mungkinkah Calvin telah sampai di ujung waktu?

"Calvin, jangan tinggalkan aku..." Silvi memohon, suaranya bergetar.

"Aku masih butuh kamu..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun