"...Padahal aku hanya keluar sebentar! Lalu uangku hilang! Itu uang pensiunku satu-satunya, biaya hidupku untuk sebulan!" ratap lelaki tua itu menyesali kecerobohannya.
"Iya, saya mengerti...Bapak tidak usah khawatir. Tenang ya? Tunggu sebentar..."
Calvin bergerak ke meja kasir. Memberikan tanda lunas pada barang-barang belanjaan lelaki tua itu. Menyerahkan kantong belanjaan dan berkata, "Kalau Bapak butuh sesuatu, ambil saja di sini. Gratis. Dan ini..."
Lebih dari sekedar belanjaan. Calvin pun memberi sejumlah uang pada pensiunan malang itu.
Silvi menatapi adegan itu dengan trenyuh. Ya, Allah, malaikatnya tetap penuh cinta. Murah hati, selalu menolong orang tanpa ragu. Makin kaya, Calvin makin dermawan.
Tak lama, pensiunan ASN itu pergi. Perlahan Calvin melepas kacamatanya. Membersihkan, lalu memakainya lagi. Saat itulah ia bertemu pandang dengan Silvi.
Jangan bilang minusnya bertambah parah. Mana mungkin Silvi datang? Tanpa dress hitam dan make up pucat pula. Pasti ia salah lihat.
Selamat untuk Calvin, minusnya belum menyentuh angka 6. Penglihatannya benar. Silvi menghampirinya. Dalam gerakan slow motion, wanita cantik itu memeluknya. Calvin dan Silvi berpelukan. Diiringi tatapan kagum campur iri para karyawan dan pengunjung supermarket.
** Â Â Â
Luka menganga di hati Silvi. Berhadapan dengan Calvin, pedih itu menyerbu lagi. Dua kali lipat lebih sakit. Melihat sosok Calvin sama saja melihat kenyataan selingkuh hati yang dilakukannya.
"Silvi, kamu kenapa?" tanya Calvin lembut.