Anak perempuan satunya, merajuk manja. Ingin dibelai juga. Calvin mengulurkan tangan, membelai kepala si gadis kecil.
"Thalita, Carol, Stevent mana?" Calvin bertanya, teringat keponakan terakhirnya.
"Di mobil, Papa-Vin. Kan nggak mungkin diajak ke sini. Susah bawa kursi rodanya."
Calvin mendesah. Memang sedikit repot membawa tiga anak kecil bepergian, salah satunya difabel. Namun, Calvin sangat menikmatinya.
Lembut diciumnya kening Thalita dan Carol bergantian. Dimintanya mereka jangan meninggalkan Stevent lagi. Kalau ada yang mau turun dari mobil, salah satu harus menjaga Stevent.
Dari sudut mata, Calisa lekat memperhatikan momen manis ini. So handsome, care, and kind, suara kecil di hatinya membisikkan. Gentleman sejati, tipe hot daddy.
"Ok, kita pulang ya. Ayo, pamit dulu sama Tante cantik ini."
Thalita dan Carol menurut. Mereka anak-anak pintar, manis, dan cute. Calisa menyukainya. Calvin berpamitan pula pada Calisa. Meminta maaf karena tak bisa lama-lama menemani.
Sepersekian menit, Calisa terus berdiri di tempatnya. Pertemuan singkat penuh kesan.
** Â Â Â Â
Ingatan akan pertemuan pertamanya dengan Calisa terus membekas. Hingga malam berlalu dan pagi datang, Calvin masih larut dalam kenangan.