"Calisa Karima. Panggil saja Calisa."
Keduanya berjabat tangan. Saling bertukar kartu nama. Sesaat keduanya saling pandang. Buru-buru Calisa menundukkan wajah. Menyembunyikan rona merah di pipi. Amat berharap Calvin tak mendengar deburan yang mengombak di hatinya.
"Jangan khawatir," kata Calvin lembut.
"Bukan hanya kamu yang jadi korban stereotip. Dari kecil, aku sering mengalaminya."
Kembali Calisa menengadah. Calvin sedang tersenyum menawan padanya.
"Calvin, kenapa ya kita sering dikira Non-Muslim?"
"Karena..."
"Papa-Vin!"
Dua anak kecil berlari-lari ke dalam masjid. Mereka berebutan memeluk pinggang Calvin. Merapatkan tubuh sedekat mungkin pada pria tinggi atletis itu.
"Papa-Vin lama banget. Katanya cuma mau bantu orang..."
"Oh sorry, Thalita Sayang. Sorry...Papa-Vin lupa." Calvin meminta maaf. Pelan mengelus-elus kepala Thalita.