Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdialog dengan Tokoh Fiksi, Malaikat Mengasihi Anak Penderita Kanker (Bagian 4)

22 Juli 2018   05:43 Diperbarui: 22 Juli 2018   07:13 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kamar VIP rumah sakit menghilang tak berbekas. Pemandangan berganti ke sebuah villa mewah dengan kolam renang di halaman belakangnya. Calvin dan Young Lady cantik berdiri bersisian di pinggir kolam renang. Sosok tampan Calvin makin menawan dalam balutan jas putih. Gadis cantik di sampingnya mengenakan gaun putih. Serasi sekali.

"Terima kasih mau membacakan buku itu untuk anak-anak penderita kanker mata yang sudah kehilangan penglihatannya..." desah Young Lady, menatap cantik ke arah Calvin.

"Sama-sama. Aku senang bisa melakukannya. Setidaknya, sisa hidupku lebih berguna." ujar Calvin tulus.

"Apa kau punya ikatan emosional dengan mereka?"

"Ya. Karena ada penyakit ganas di tubuh kami. Walaupun jenisnya berbeda. Aku..."

Sunyi. Sempurna sunyi. Aku...apa? Batin Young Lady bertanya-tanya.

"Calvin, are you ok?"

Tak ada jawaban. Tidak, ini tidak benar. Calvin kehilangan suaranya. Malaikat tampan bermata sipit itu diam bukan karena tak ingin menjawab. Tetapi karena ia kehilangan suaranya. Sedetik yang lalu, seperti ada pisau besar yang menusuk tenggorokannya.

Dua detik berselang, Calvin terbatuk. Darah segar mengalir. Refleks ia berlari menjauhi tepi kolam. For God's sake, bahkan kanker ini pun merenggut suaranya.

Calvin, malaikat yang telah memberikan banyak uang, waktu, perhatian, dan kekayaannya untuk menolong anak-anak penderita kanker, kini harus menerima kenyataan. Tubuhnya pun digerogoti penyakit jahat itu.

"Ya Allah...aku batuk darah, mimisan, dan punggungku sakit sekali. Bolehkah aku minta satu hal? Tolong biarkan hanya aku yang mengalaminya...jangan yang lain. Apa yang terjadi padaku, kumohon ya Allah, jangan dialami orang lain." bisik hati kecil sang malaikat berulang kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun