"Ini hanya sementara, Adica. Nanti aku akan menggantinya. Aku tak berani memakai hartamu, atau uang perusahaanmu untuk menutupi masalah keuangan Global Clasica Kindergarten. Biar kuselesaikan dengan milikku sendiri saja."
Satu jam lamanya rapat berlangsung. Keputusan-keputusan diambil. Tugas dibagikan. Satu menit setelah Syifa membubarkan rapat, smartphonenya berdering. Segera diraihnya benda cantik berlogo apel tergigit itu. Ternyata video call. Ah malaikat tampan bermata sipit itu rupanya.
"Syifa, kamu masih di sekolah?" sapa Calvin hangat, mengangkat alisnya saat melihat dimana Syifa.
"Iya, Calvin. Ada rapat."
"I see. Bahas masalah finansial Global Clasica ya?"
Mata Syifa melebar. Dari mana Calvin tahu? Calvin tertawa kecil melihat ekspresi wajah Syifa. Calvin terbatuk di sela tawanya.
"Kamu baik-baik saja?" ucap Syifa khawatir.
Mengabaikan pertanyaan Syifa, Calvin berkata lembut. "Kau bicara dengan Calvin Wan, yang masih terhitung sepupu jauhmu. Pria yang pernah melamarmu dan kautolak."
Pria berdarah Tionghoa itu terbatuk lagi. Satu tangannya menyeka hidung dan bibirnya dengan tissue. Sekilas Syifa melihat bercak darah.
"Calvin, benar kau tak apa-apa?" desak Syifa.
"Harusnya aku yang bertanya padamu, Syifa. Apa kau perlu bantuan? Pasti akan kubantu. Berapa pun..."