"Top secret, Muthia. Jangan sampai siapa pun tahu. Termasuk wali murid atau calon murid baru." sahut Syifa sabar.
Rapat pun dimulai. Masalah besar diungkapkan. Rupanya Global Clasica Kindergarten mengalami masalah keuangan yang cukup kompleks. Semuanya gegara mantan orang kepercayaan Syifa yang melakukan korupsi. Korupsinya membuat Global Clasica Kindergarten mengalami kerugian besar.
"Bagaimana kalau kita minta dia bertanggung jawab?" usul Muthi.
"Tak semudah itu. Jejaknya saja belum terlacak sampai sekarang. Bagaimana mau menuntut kerugian?" bantah staf lainnya.
"Tapi, harus ada solusi untuk menutup biaya operasional sekolah kita."
Semua orang mengerutkan dahi, berpikir. Kecuali Syifa. Seberkas ide menggelitik kepalanya. Hanya butuh sedikit lagi untuk disampaikan.
Ia harus berbuat sesuatu demi Global Clasica Kindergarten. Kasihan murid-muridnya, kasihan para orang tua yang telah mempercayakan anak mereka padanya. Syifa sangat mencintai sekolah ini dan semua siswanya. Apa pun akan dia lakukan termasuk memberikan harta miliknya untuk menyelamatkan sekolah ini.
Perlahan dibukanya kotak-kotak biru keperakan yang ia bawa. Empat koper besar di bawah kakinya pun ia buka. Terlihat kilauan perhiasan mahal, kerlipan berlian, desiran halus helaian gaun sutra yang meluncur dari sebuah koper, permukaan sepatu mahal yang masih mengilap, dan barang-barang mahal bernilai puluhan juta lainnya. Semua ini koleksi pribadi Syifa. Ia berniat menjualnya untuk menutup biaya operasional taman kanak-kanak.
Buliran air mata meluncur ke pipi wanita cantik itu. Ia tergugu, bibirnya gemetar. Semua barang mahal itu meneriakkan kenangan. Kenangannya bersama Adica. Barang-barang itu adalah seserahan yang diberikan Adica saat melamar Syifa tiga belas tahun lalu. Ini belum seberapa. Di rumah, masih banyak koleksi Syifa lainnya.
Tak dapat diingkari, ia terisak juga. Sulit berpisah dengan setiap benda yang mengingatkannya pada suami tercintanya. Benda kenangannya dengan Adica banyak sekali. Dibandingkan ucapan cinta, Adica lebih suka menunjukkan cintanya dengan memberikan barang-barang mewah untuk Syifa. Perlakuan serupa ia berikan pada Julia, Calisa, dan Rossie.
"Sorry..." desis Syifa, air mata terjun bebas ke pipi mulusnya.