Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Nyanyian Sahur Muslim Non Pribumi dan Pesta Piyama

5 Juni 2018   03:52 Diperbarui: 5 Juni 2018   04:18 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nggaklah. Malah senang. Kita eksekusi besok pagi. Dijamin, mereka nggak bakal telat bangun sahur lagi."

Calvin mengangkat jempolnya. Bersyukur karena letak tempat tinggal teman-temannya masih dalam satu kawasan. Memudahkan alternatif mereka untuk membangunkan sahur.

**    

Pelataran masjid di kompleks perumahan elite itu telah berubah seperti panggung. Kilau belasan lampu memuntahkan cahaya. Heningnya sepertiga malam menjadi meriah oleh kehadiran serombongan pemuda tampan berjas biru gelap dan gadis-gadis cantik bergaun putih membawa tongkat berbentuk bintang. Pemuda berambut pirang dan bermata biru pucat memimpin kelompok pemuda berjas biru gelap itu.

Di sudut lain, sesosok pemuda rupawan dengan jas hitam baru tiba. Kostumnya berbeda sendiri dengan teman-temannya. Pemuda itu menggerakkan sebuah tongkat di tangannya. Seperti memberi kode. Langsung saja sekumpulan milenials yang baru datang menyebar di berbagai titik. Stand by di posisi masing-masing.

"Siap, Vin?" tanya Albert, pemuda tampan berdarah Jawa-Jerman-Skotlandia yang berdiri di tengah lingkaran.

Calvin mengangguk, memberi tanda. Albert memegang timpani, Revan memegang bass. Beberapa anggota kelompok itu siap dengan bellyra/marching bell di tangan mereka. Ada pula yang memasang terompet di bibirnya. Dalam marching band, terompet digunakan untuk memainkan melodi dan soprano. Gadis-gadis bergaun putih berdiri anggun dengan stick mayoret tergenggam erat.

Sementara itu, Calvin siap di posisinya. Ia mainkan jemarinya di atas tuts piano. Albert, Revan, anggota marching band, mayoret, dan takmir masjid terpana oleh permainan piano Calvin. Calon pewaris jaringan supermarket itu memainkan piano dengan sangat sempurna. Calvin bermain musik secara solo, lalu bernyanyi.

Meski rintangan yang datang tuk menghadang cinta kita

Ku kan selalu menjagamu

Ku kan selalu di sisimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun